Rabu, 07 Mei 2014

Khat Riq’ah

'Syahru Romadhonalladzi..'
Bismillah....
 
   Dalam pembelajaran kaligrafi di berbagai tempat, khat Riq'ah menjadi khat yang paling pertama untuk dipelajari, diseababkan karena kaidahnya yang tidak terlalu 'ribet' dan mudah untuk menuliskannya, serta pada umumnya tidak memiliki harokat (tanda baca). Riq’ah adalah salah satu gaya khat ciptaan masyarakat Turki Usmani. Muhammad Tahir Kurdi menyebutkan, bahwa penggagas dan peletak dasar-dasar kaidah khat Riq’ah adalah Mumtaz Bek, seorang konsultan d zaman Sultan Abdul Majid Khan sekitar tahun 1280 M. Posisi khat Riq’ah berada di antara khat Diwani dank hat Siyaqat, dimana Mumtaz Bek sangat masyhur dengan keahliannya di bidang Diwani seperti para kaligrafer selainnya. Tujuan awal diciptakannya tulisan ini adalah untuk mempersatukan seluruh kaligrafi bagi seluruh pegawai kerajaan, sehingga mereka hanya menulis dengan satu gaya khat dalam semua tata pergaulan resmi yang diterapkan untuk kantor-kantor pemerintahan. 
 
    Penciptanya menamakannya Riq’ah yang artinya menurut kamus-kamus bahasa ialah potongan daun untuk menulis dan tidak ada hubungannya dengan khat Riq’ah kuno yang pernah digunakan di seluruh kantor admnistrasi surat menyurat Negara. Beberapa sultan Usmani seperti Sulaiman al-Kanuni dan Abdul Hamid I sangat memperhatikan dan banyak menulis dengan khat Riq’ah. Spesifikasi khat Riq’ah terdapat pada huruf-hurufnya yang pendek dan bias ditu;is lebih cepat daripada Naskhi, karena kesederhanaannya dan tidak memiliki struktur yang rumit. Karena itu, kita memiliki kenyataan dalam kehidupan modern ini khat Naskhi khusus digunakan untuk mencetak teks buku, surat kabar, dan majalah, sedangkan khat Riq’ah khusus digunakan untuk catatan tangan atau dikte. 
 
    Di lapangan advertising atau untuk penulisan judul-judul surat kabar, Riq’ah sering digunakan karena dapat mencakup kata-kata panjang dengan goresan-goresan yang tidak banyak makan tempat.

     Pada saat tidak menggunakan pena tipis tebal, khat Riq’ah berfungsi untuk menulis catatan harian seperti pelajaran dan kuliah atau surat menyurat dan reportase para juru tulis seperti wartawan. Kecepatan gerak Riq’ah dapat disamakan dengan stenografi dalam tulisan latin. Hal ini memungkinkan karena spesifikasi hurufnya yang pendek dan beberapa huruf yang diringkas seperti sin tanpa gigi, alif dan lam tanpa tarwis serta lengkungan-lengkungan sederhana pada ya’, jim, qaf, dan nun.Keringkasan Riq’ah dapat juga dilihat pada struktur dan komposisi di mana huruf dan kata bertumpang tindih untuk memperpendek jarak tulisan bagi kata-kata yang panjang. 
    Mode ini banyak digunakan terutama untuk judul-judul Koran dan ungkapan iklan. Huruf alif misalnya, dipendekkan dan posisinya dibawah atau diatas huruf-huruf lain. Begitu pula penumpangan awal kata diatas ujung kata sebelumnya supaya tulisan tampil lebih ringkas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar