"Wabil Waalidaini Ihsaanaa" |
Bismillah....
Apa yang ada dalam pikiran anda ketika mendengar kata "farisi"..?? Yup, mungkin ada yang menjawab, itu adalah salah satu nama belakang dari salah seorang sahabat Rasulullah yang menjadi pahlawan dengan ide cemerlangnya saat perang Khandak. Sesuai dengan namanya, beliau berasal dari Farisi (Persia), Iran.
Seni telah bersentuhan dengan
jiwa bangsa Iran semenjak dahulu kala sebagai warisan dari nenek moyang mereka
bangsa Saman yang sebelum Islam menulis dengan khat Pahlevi. Gaya ini merupakan
nisbah ke Pahle, suatu kawasan antara Hamadan, Isfahan dan Azerbaijan. Saat
Islam menaklukkan negeri Persia, masyarakat Iran pun memeluk Islam sebagai
agama baru mereka. Melalui pergaulan dengan masyarakat Arab muslim, orang-orang
Iran mengganti tulisan Pahlevi dengan tulisan Arab yang kemudian mereka namakan
khat Ta’liq. Pada waktu-waktu selanjutnya lahir pula gaya-gaya khat yang lain
seperti Nasta’liq dan Syikasteh. Terutama dua tulisan pertama, kerap disebut
Farisi saja mengingat asalnya dari Persia. Diantara gaya khat Farisi yang
populer dari Iran adalah :
a. Khat Ta’liq atau khat Farisi
Ta’liq
Masyarakat Iran mengolah khat
Ta’liq dari khat yang digunakan untuk menyalin al-Qur’an waktu itu, yang
disebut khat Firamuz. Semula cara-cara menulisnya dicuplik dari kaedah khat
Tahrir, khat Riqa’, dan khat Tsulus. Keindahan khat Farisi Ta’liq adalah pada
kelenturan putarannya, huruf-huruf tegaknya yang agak condong ke kanan,
sapuan-sapuan memanjangnya yang tebal, dan gelombang gerigi yang tebal-tipis secara
variatif.
b. Khat Nasta’liq atau Khat
Farisi Nasta’liq
Khat Nasta’liq adalah hasil
kreasi kaligrafer Iran Mir Ali al-Harawi, diolah dari khat Ta’liq yang dimasuki
sedikit unsur Naskhi sehingga menjadi gabungan Naskhi-Ta’liq atau Nasta’liq.
Nasta’liq yang sekarang sering disebut Farisis sebagaimana Ta’liq, dikembangkan
dan dipercantik oleh masyarakat Iran. Penggunaannya yang luas menjadi alat
tulis naskah harian menempatkannya sama dengan posisi khat Naskhi di
wilayah-wilayah lain. Karena itu, sangat mungkin pula gaya ini merupakan khat
Ta’liq yang difungsikan sebagai tulisan naskah yang meluas setelah dimodifikasi
oleh Mir Ali.
c. Khat Syikasteh
Di samping khat Ta’liq,
orang-orang Iran juga menciptakan kaligrafi gaya baru yang mereka sebut khat
Syikasteh, diambil dari khat TA’liq dan khat Diwani. Syikasteh artinya
berantakan, karena gores-goresan akhir huruf yang diliarkan sehingga terkesan
berantakan atau semrawut. Khat ini digunakan hanya di wilayah Persia dan tidak
menyebar ke segenap pelososk wilayah Arab Islam sepeti gaya lain. Hal itu
disebabkan karena Syikasteh sulit dibaca.
d. Khat Farisi Mutanazhir
Khat jenis ini dihubungkan dengan
penampilannya yang saling pantul secara indah dan seimbang. Unsur-unsur saling
pantul dalam khat Farisi Mutanazhir ini terletak pada sapuan-sapuan
horizontalnya atau pada huruf-huruf vertikalnya seperti alif dan lam yang
saling bangun secara harmonis.
e. Khat Farisi Mukhtazal
Gaya ini lahir sebagai reaksi
atas adanya kemiripan bentuk huruf-huruf Farisi dan kemungkinan satu huruf
memiliki lebih dari satu fungsi. Dengan demikian, satu goresan dapat berfungsi
sebagai mukhtazal untuk meringkas beberapa huruf sehingga memiliki beberapa
bacaan. Gaya ini kerap menyulitkan khattat dan pembaca. Khattat kesulitan
karena dalam beberapa keadaan persilangan khat tidak mudah dibuat. Sedangkan
bagi pembaca kesulitannya adalah karena menderita kesusahan dalam membaca dan
memahami maksudnya, sehingga timbul dugaan bahwa khat semacam ini merupakan
teka-teki. Dari sini sebuah peribahasa mengatakan “Khairul khat ma quri’a
(sebaik-baik khat adalah yang bisa dibaca).
f. Khat Farisi Mir’at
Mir’at atau cermin yang berfungsi
memantulkan gambar nampak dalam gaya kaligrafi ini saat sisi kanan memantul ke
sisi kiri (sama persisi denga khat Tsulus Mutanazhir), makanya sering juga
disebut khat Farisi Mutanazhir.
Semoga Bermanfaat.. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar